Tulisan dalam buku ini didedikasikan untuk memahami posisi masyarakat sebagai subjek dalam komunikasi. Melalui komunikasi, relaso dan interaksi tumbuh-suka atau tidak suka-menepatkan pelaku-pelakunya pada situasi dan peran yang tidak serta merta setara. Benar, pada tataran kesetaraan pelaku komunikasi terbentuk, isu utamanya sekedar berkutat soal bagaimana agar tiap pelaku komunikasi mampu saling mengapresiasi pesan yang disampaikan. Tetapi, komunikasi dalam konteks relasi dan interaksi yang menghadirkan negara bagian dari pelakunya menghadapkan kita pada sebentuk kontestasi. ada semacam rivalitas tertentu yang menempatkan siapa sebenarnya penentu dalam proses komunikasi.
Oleh sebab itu adalah keniscayaan untuk selalu menjaga masyarakat sebagai subjek komunikasi tidak sampai berada pada titik yang asing:terpinggirkan. Kata kunci untuk itu, pemberdayaan. Tanpa itu, sikap kritis tidak akan pernah tumbuh, Muaranya, mustahil masyarakat meiliki 'hak melakukan negosiasi' sebagai wujud partisipasi pelaku komunikasi. Bila arah dijadikan pengandaian, buku ini hendak menuju kesana: masyarakat sebagi subjek yang patisipatoris.